Konsep Umum Teori Belajar Kooperatif
1.Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif adalah suatu gambaran kerjasama antara individu yang satu dengan lainnya dalam suatu ikatan tertentu. Ikatan–ikatan tersebut yang menyebabkan antara satu dengan yang lainnya merasa berada dalam satu tempat dengan tujuan–tujuan yang secara bersama–sama diharapkan oleh setiap orang yang berada dalam ikatan itu.
Pemikiran tersebut hanya merupakan suatu gambaran sederhana apa yang tersirat tentang kooperatif. Sedangkan pengertian dari pembelajaran kooperatif menurut para ahli pendidikan adalah sebagai berikut:
Eggen dan Kauchak (1993: 319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling -membantu dalam mempelajari sesuatu. Oleh karena itu belajar kooperatif ini juga dinamakan “belajar teman sebaya.”
Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.
Pendapat setara menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang agak kompleks, membantu mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial, dan hubungan antara manusia. Belajar secara kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif konstruktivis dan teori belajar sosial (Kardi dan Nur, 2000:15)
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar.
b. kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah
c. jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda
d. penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Secara umum, pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mencipatakan ikatan yang kuat antar siswa, membangun kecerdasan sosial dan emosional, sehingga pada akhirnya siswa bisa berinteraksi terhadap lingkungannya dengan segala kemampuan dan potensi diri yang berkembang dengan baik. Secara garis besar, tujuan tersebut bisa dicapai apabila memenuhi indikator sebagai berikut:
a. Kemandirian yang positif
Kemandirian yang positif akan berhasil dengan baik apabila setiap anggota kelompok merasa sejajar dengan anggota yang lain. Artinya satu orang tidak akan berhasil kecuali anggota yang lain merasakan juga keberhasilannya. Apapun usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri tetapi untuk semua anggota kelompok. Kemandirian yang positif merupakan inti pembelajaran kooperatif.
Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar.
b. kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah
c. jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda
d. penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Secara umum, pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mencipatakan ikatan yang kuat antar siswa, membangun kecerdasan sosial dan emosional, sehingga pada akhirnya siswa bisa berinteraksi terhadap lingkungannya dengan segala kemampuan dan potensi diri yang berkembang dengan baik. Secara garis besar, tujuan tersebut bisa dicapai apabila memenuhi indikator sebagai berikut:
a. Kemandirian yang positif
Kemandirian yang positif akan berhasil dengan baik apabila setiap anggota kelompok merasa sejajar dengan anggota yang lain. Artinya satu orang tidak akan berhasil kecuali anggota yang lain merasakan juga keberhasilannya. Apapun usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri tetapi untuk semua anggota kelompok. Kemandirian yang positif merupakan inti pembelajaran kooperatif.
b. Peningkatan interaksi
Pada saat guru menekankan kemandirian yang positif, selayaknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling mengenal, tolong menolong, saling bantu, saling mendukung, memberi semangat dan saling memberi pujian atas usahanya dalam belajar. Aktivitas kognitif dan dinamika kelompok terjadi pada saat siswa diikutsertakan untuk belajar mengenal satu sama lain. Termasuk dalam hal ini menjelaskan bagaimana memecahkan masalah, mendiskusikan konsep yang akan dikerjakan, menjelaskan pada teman sekelas dan menghubungkan dengan pelajaran yang terakhir dipelajari
c. Pertanggungjawaban individu
Tujuan kelompok dalam pembelajaran kooperatif adalah agar masing-masing anggota menjadi lebih kuat pengetahuannya. Siswa belajar bersama sehingga setelah itu mereka dapat melakukan yang lebih baik sebagai individu. Untuk memastikan bahwa masing-masing anggota lebih kuat, siswa harus membuat pertanggungjawaban secara individu terhadap tugas yang menjadi bagiannya dalam bekerja. Pertanggungjawaban individu akan terlaksana jika perbuatan masing-masing individu dinilai dan hasilnya diberitahukan pada individu dan kelompok.
Pada saat guru menekankan kemandirian yang positif, selayaknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling mengenal, tolong menolong, saling bantu, saling mendukung, memberi semangat dan saling memberi pujian atas usahanya dalam belajar. Aktivitas kognitif dan dinamika kelompok terjadi pada saat siswa diikutsertakan untuk belajar mengenal satu sama lain. Termasuk dalam hal ini menjelaskan bagaimana memecahkan masalah, mendiskusikan konsep yang akan dikerjakan, menjelaskan pada teman sekelas dan menghubungkan dengan pelajaran yang terakhir dipelajari
c. Pertanggungjawaban individu
Tujuan kelompok dalam pembelajaran kooperatif adalah agar masing-masing anggota menjadi lebih kuat pengetahuannya. Siswa belajar bersama sehingga setelah itu mereka dapat melakukan yang lebih baik sebagai individu. Untuk memastikan bahwa masing-masing anggota lebih kuat, siswa harus membuat pertanggungjawaban secara individu terhadap tugas yang menjadi bagiannya dalam bekerja. Pertanggungjawaban individu akan terlaksana jika perbuatan masing-masing individu dinilai dan hasilnya diberitahukan pada individu dan kelompok.
B. Implikasi Teori Belajar Kooperatif dalam Bimbingan dan Konseling
Dalam proses belajar mengajar, para siswa perlu dilatih untuk bekerja sama dengan rekan-rekan sebayanya. Ada kegiatan belajar tertentu yang akan lebih berhasil jika dikerjakan secara bersama-sama, misalnya dalam kerja kelompok, daripada jika dikerjakan sendirian oleh masing-masing siswa. Latihan kerja sama sangatlah penting dalam proses pembentukan kepribadian anak.
Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi (Ibrahim, 2000,12). Keterampilan ini amatlah penting untuk dimiliki siswa dalam rangka memahami konsep-konsep yang sulit, berpikir kritis dan kemampuan membantu teman.
Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa siswa-siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret dan dikerjakan secara bersama-sama (Semiawan, 1992,14).
Melalui konsep pembelajaran kooperatif yang diimplementasikan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling diharapkan siswa mampu menggali potensi diri, mengembangkan konsep diri serta memiliki kecerdasan sosial dan emosional yang bagus.
Dalam ranah pengembangan kepribadian dan konsep diri siswa, konselor di sekolah dapat menerapkan pembelajaran kooperatif dalam konseling melalui teknik sebagai berikut:
1.Bimbingan kelompok
Dalam bimbingan kelompok sebaiknya dibentuk kelompok-kelompok kecil yang lebih kurang terdiri dari 4-5 orang. Murid-murid yang telah tergabung dalam kelompok-kelompok kecil itu mendiskusikan bersama sebagai permasalahan termasuk didalamnya permasalahan belajar.
2.Peer Konseling
Melalui peer konseling, hubungan sosial dan kecerdasan emosional siswa meningkat dan menjadi lebih baik. Dalam hal ini siswa bisa saling bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan.
3.Organisasi murid dan kegiatan bersama
Kegiatan bersama merupakan teknik bimbingan yang baik, karena dengan melakukan kegiatan bersama mendorong anak saling membantu sehingga relasi sosial positif dapat dikembangkan dengan baik. Organisasi siswa dapat membantu dalam proses pembentukan anak, baik secara pribadi maupun secara sebagai anggota masyarakat.
4.Sosiodrama
Sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan kesempatan pada murid-murid untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang. Maka dari itu sosiadrama dipergunakan dalam pemecahan-pemecahan masalah.
Dalam bimbingan kelompok sebaiknya dibentuk kelompok-kelompok kecil yang lebih kurang terdiri dari 4-5 orang. Murid-murid yang telah tergabung dalam kelompok-kelompok kecil itu mendiskusikan bersama sebagai permasalahan termasuk didalamnya permasalahan belajar.
2.Peer Konseling
Melalui peer konseling, hubungan sosial dan kecerdasan emosional siswa meningkat dan menjadi lebih baik. Dalam hal ini siswa bisa saling bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan.
3.Organisasi murid dan kegiatan bersama
Kegiatan bersama merupakan teknik bimbingan yang baik, karena dengan melakukan kegiatan bersama mendorong anak saling membantu sehingga relasi sosial positif dapat dikembangkan dengan baik. Organisasi siswa dapat membantu dalam proses pembentukan anak, baik secara pribadi maupun secara sebagai anggota masyarakat.
4.Sosiodrama
Sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan kesempatan pada murid-murid untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang. Maka dari itu sosiadrama dipergunakan dalam pemecahan-pemecahan masalah.
No comments:
Post a Comment